Click for more products.
No produts were found.

Ni Putu Chandra: Bikin Mie Instan Aja Butuh Waktu untuk Masak, It’s About the Process

Posted on3 Years ago 365

Welcome back to the next edition of our special theme of Beauty Diary, girls! We hope you are doing well during this quarantine, ya. Juga, pada bulan Ramadhan ini, Kay ingin mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa, semoga semuanya dilancarkan sampai Idul Fitri lagi. Stay safe, everyone! :)

This time, #KayTalk ajak our next favorite beauty enthusiast, yaitu Ni Putu Chandra. Oleh karena berbagai konten bertema kecantikan pada Instagram gadis yang akrab disapa Tutu ini, Kay tertarik banget untuk diceritakan tentang kisah awal mulanya mengenal makeup hingga hari ini. Gimana nggak, kalau makeup yang dia tonjolkan ini bikin mata kita nggak bisa berpaling dari setiap detail indahnya? *double heart-eyes emoji*

Nah, pada beberapa waktu lalu, Tutu akhirnya dengan senang hati ceritain ke Kay tentang prosesnya dalam mengenal makeup, yang ternyata punya pesan-pesan menarik di baliknya. Now, Tutu yang tadinya cuma bisa kita lihat di Instagram mau bagi-bagi kisah ke kalian nih, biar makin dekat dan siapa tau, dari beberapa cerita Tutu ini ada yang relate ke kamu, girls!

Mulai discovering makeup pada usia berapa? 

Seperti sebagian besar dari kita, waktu kecil Tutu juga pernah bereksperimen dengan lipstick ibunya sampai rusak loh, girls. Hehe… hayo, yang pernah coba angkat tangan! Tapi usia di mana Tutu benar-benar sadar bahwa ia into makeup, ketika dia berusia 18–19 tahun, saat mulai discovering pengaplikaisan eyebrow pencil.

“Belajar bikin alis sendiri, ya, walaupun dari cuma segaris doang,” tuturnya. Hmm… Kay setuju deh dengan Tutu, belajar alis memang cenderung diawali dengan bentuknya yang nggak simetris dulu, until you do it more often and get it all perfecto!

Produk makeup apa yang paling pertama kamu gunakan waktu itu? 

Seperti yang Tutu ceritakan di atas, dia pernah nggak sengaja merusak lipstick ibunya, which marked as the first makeup item yang dia pernah gunakan. Tapi menurutnya, yang menjadi titik awal hingga akhirnya ia jadi benar-benar suka makeup adalah pensil alis tadi, dan eyeliner.

Tutu suka banget dengan eyeliner saat itu karena lihat beberapa orang seniornya yang menggunakannya dengan baik. Lagi-lagi, pengaplikasian eyeliner olehnya saat itu juga harus melalui proses belajar, meski awalnya nggak simetris. “Akhirnya aku rutin pakai eyeliner ke kampus selama setahun,” ujarnya.

Nggak auto-bisa, Tutu awalnya sempat yang nggak pede pakai pensil alis ke luar rumah, sampai pada suatu titik di mana dia berpikir bahwa it’s part of the process, sampai kapan nggak berani kalau nggak dicoba? “Terserahlah, mau orang ngeliatin aku aneh atau apalah, yang penting aku belajar.”

How do you find the best makeup products suited for you? As we know, di mana-mana banyak berseliweran makeup yang menggoda mata tapi sebenarnya belum tentu cocok buat kita. 

Tutu ceritakan bahwa ternyata, proses dalam mengenal makeup buatnya juga merupakan part of the process of self-love. Makeup adalah hal yang dia sukai banget, bahkan juga merupakan medianya untuk mengeluarkan emosi terpendam yang nggak bisa dia ceritakan ke orang lain. Wow, how deep it is her relationship with makeup!

Namun, perjalanannya mendalami makeup diawali dulu dengan trial dan error. So true, karena tak kenal maka tak sayang, kan? Jadi, Tutu mulai mengenal makeup jenis apa yang cocok untuk dirinya, produk makeup mana yang cocok untuk jenis kulitnya, hingga preferensi dari makeup, sampai pada akhirnya ia menemukan one thing that suits her. Hmm… Now, we get why it’s basically finding the truest side of yourself somehow, right?

Misal diminta untuk pilih satu makeup item aja, kamu lebih pilih pakai yang mana, lipstick atau eyebrow pencil? Kenapa? 

Tutu bilang, bahwa dirinya yang dulu agak insecure dengan bentuk alisnya yang tipis, hingga dirinya yang dulu kemungkinan besar akan pilih pensil alis daripada lipstick. However, there is this thing that she understood one day, hingga membuat dirinya versi sekarang berpikir bahwa, sedang menggunakan makeup ataupun nggak, it doesn’t change anything, you are you. Aw, this one good sentence should be underlined, because you should take note, too, for knowing your own value is the most important part.

“Hal itu nggak mengubah personality aku, nggak mengubah worth aku,” tambahnya. “What really matters is what I see in the mirror. Apa yang aku pikir tentang diri aku sendiri, apakah aku nyaman melakukan itu, menggunakan pensil alis atau lipstick saat itu. So, the answer is, it doesn’t really matter now!” Tutu, you somehow radiances positive vibes toward us! Now, that’s what we call a true self-love.

Who is one role model in beauty industry that you look up to? 

Ternyata eh, ternyata, one of the biggest role model versi Tutu adalah Suhay Salim, girls! Suhay Salim yang bisa banget memainkan warna eye shadow seperti yang Tutu lihat di Youtube, adalah salah satu hal yang bikin Tutu jadi semakin pingin belajar makeup.

Hingga akhirnya, Tutu mulai mencobanya sendiri, ia belajar bagaimana pairing warna, cara blending, mengenaal jenis eyeshadow dengan finish yang bagaimana, sampai ia mengenali karakteristiknya.

Menurutmu, gimana caranya tetap percaya diri menggunakan makeup sebagai bentuk ekspresi diri tanpa takut dibilang menor? 

“Untuk percaya diri dalam sesuatu hal yang baru kita pelajari itu akui emang sulit sih, karena aku juga butuh waktu untuk pede nunjukkin hasil karya aku, eyeshadow aku,” akunya.

Berpedoman YOLO, singkatan dari you only live once, Tutu in the end mulai share hasil makeup miliknya kepada teman-teman. Katanya, ”Aku mulai bodo amat, dan it doesn’t really affect me when they comment about my makeup.’ Cara ini bisa kamu ikutin nih, girls, agar bisa stand up tentang apa yang kamu suka dan jadi prinsip kamu.

Menurut Tutu, kalau ada orang yang nggak suka dengan makeup-nya, Tutu anggap itu bukan masalah buatnya. Jika ada yang bilang padanya kalau riasannya terlalu bold, Tutu akan anggap itu adalah preferensi tiap orang yang berbeda-beda dan nggak bisa dipaksakan kepadanya. “Misal ada yang bilang dia sukanya Korean makeup, sedangkan aku tuh lebih ke yang western, yang bold,” lanjutnya, “Jadi, saling menghargai aja hasil makeup satu sama lain.” Setuju deh, sama Tutu!

As a makeup enthusiast, saran apa yang bisa kamu berikan untuk pembaca kamu yang masih baru belajar makeup?

Saran Tutu cukup satu: sabar. Makeup adalah proses belajar.

“Bahkan masak mie instan yang katanya instan aja butuh waktu 3-5 menit untuk masak. Jadi kita harus sabar. Nggak mungkin langsung bisa, it’s a process. Just enjoy the process, itu sih intinya,” tutup Tutu.

Leave a Comment
Leave a Reply
Please login to post a comment.

Menu

Settings

Click for more products.
No produts were found.